Monday, September 26, 2011

Bactrocera dorsalis Complex

Nama umum / nama daerah : Lalat buah

Lalat buah dari genus Bactrocera merupakan famili dari Tephtridae yang sudah tersebar hampir di seluruh kawasan Asia Pasifik dan hampir tersebar di seluruh kawasan Indonesia (Kardinan, 2003). Bactrocera dorsalis merupakan hama dari berbagai tanaman diantaranya adalah mangga, jambu air, jambu biji, cabai, dan lain-lain.

MORFOLOGI :
Bactrocera dorsalis Complex merupakan faily dari Tephritidae. Telur berwarna putih berukuran dengan panjang 0.8 mm dan lebar 0.2 mm diletakan di dalam cabai. Larva (instar 3) dari B. dorsalis berukuran dengan panjang 7.5-10 mm dan lebar 1.5-2 mm, tidak berkaki dan berwarna putih kecoklatan. Pupa B. dorsalis berwarna coklat berbentuk oval dengan panjang 3-5mm . Imago B. dorsalis memiliki thoraks berwarna hitam dengan garis kuning di tepi thoraks, pada bagian abdomen berwana coklat kekuningan, dan sayap yang transparan(panjang satu sayap 4mm-6mm).Panjang dari imago B.dorsalis berukuran 6mm-8mm dengan lebar 1,5-2 mm. Jenis kelamin Bactrocera dorsalis dapat dibedakan dengan ada atau tidaknya ovipositor pada ujung abdomen.Bila terdapat ovipositor dapat dipastikan betina.

B. dorsalis betina meletakan telur pada bagian dalam buah cabai dengan menggunakan ovipositiornya, setelah 2-3 hari telur menetas. Larva akan memakan daging buah 6-8 hari kemudian larva akan melompat ke luar buah menuju tanah untuk berkembang menjadi pupa. Masa pupa berlangsung selama 8-12 hari. Setelah menjadi imago B. dorsalis membutuhkan 8-12 hari untuk matang sexual. B.dorsalis dapat bertahan hidup selama 1-3 bulan. Imago B. dorsalis mampu terbang sejauh 50-100 Km. Imago mengkonsumsi nektar dan polen.

GEJALA :
Gejala Pada buah cabai yang terserang biasanya terdapat lubang kecil di bagian tengah kulitnya. Serangan lalat buah ditemukan terutama pada buah yang hampir masak. Gejala awal ditandai dengan noda/titik bekas tusukan ovipositor (alat peletak telur) lalat betina saat meletakkan telur ke dalam buah. Selanjutnya karena aktivitas hama di dalam buah, noda tersebut berkembang menjadi meluas. Larva makan daging buah sehingga menyebabkan buah busuk sebelum masak. Apabila dibelah pada daging buah terdapat belatung-belatung kecil yang biasanya meloncat apabila tersentuh. Buah yang tampak busuk merupakan gejala yang ditimbulkan oleh bakteri yang bersimbiosis dengan lalat buah dan disebabkan oleh serangan pathogen lain. Kerusakan akibat serangan lalat buah berkisar antara 12 -20 % pada musim kemarau dan pada musim penghujan dapat mencapai 90 % (Vos,  1994).

PENGENDALIAN :
Pengendalian dapat dilakukan secara mekanis dan fisik, biologi dan kimiawi. Pengendalian harus dilakukan  di seluruh areal pertanaman agar B. dorsalis dapa efektif terkendali, bila ada satu areal tidak melakukan pengendalian, maka hama tersebut akan pindah ke areal tersebut, hingga menimbulkan kerugian yang sangat parah.
1. Pengandalian Mekanis dan Fisik
Pengendalian dilakukan dengan sanitasi buah cabai yang terinvestasi B. dorsalis (telur dan larva). Buah cabai yang diambil dibakar agar telur dan larva mati. Selain itu dapat dilakukan dengan pemasangan perangkap kuning berpelekat sebanyank 40 buah/hektar. Pengendalian ini dilakukan karena B. dorsalis tertarik dengan warna kuning.

2. Pengendalian Biologi
Pemanfaatan parasitoid telur dan larva mampu menekan populasi lalat buah. Parasitoid yang dapat digunakan diantaralain :
-          Opius sp sebagai parasitoid pupa
-           Biosteres longicaudatus  sebagai parasitoid larva
-          Diachasmimorpha kraussi  sebagai parasitod larva
-          Dirhinus anthracina sebagai parasitod pupa
-          Psyttalia incisi  sebagai parasitod larva
-          Spalangia endius sebagai parasitod pupa
-          Tetrastichus dacicida sebagai parasitod larva
Selain itu pengendalian dapat dilakukan dengan TSM (Teknik Serangga Mandul). Prinsip dari penegndalian ini adalah dengan memandulkan Imago jantan dari B. dorsalis kemudian dilepas ke alam bebas agar mating dengan Imago betina yang terdapat di alam bebas dengan tujuan Imago jantan membuahi Imago betina sehingga sperma yang diterima Imago betina tidak akan kopulasi, karena sperma dari Imago jantan telah disterilkan. Lalat buah betina hanya berkopulasi dengan sperma satu pejantan. Namun dapat bertelur berkalikali dan mating berkali-kali. Pemandulan dilakukan dengan menembak pupa B. dorsalis dengan radiasi gamma cobalt -60. Jantan mandul yang di lepas harus lebih banyak dari populasi Imago jantan yang terdapat dilapangan.

3.Pengendalian Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi pada umumnya menggunakan insektisida sintetik sistemik. Namun pengendalian dengan pestisida tersebut dapat menimbulkan masalah pada produk, karena produk tersebut terdapat resisu pestisida yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan residu tersebut tidak dapat hilang dengan pencucian air ataupun deterjen. Pengendalian kimiawi yang direkomendasikan diantara lain dengan menggunakan metil eugenol.
Metil eugenol merupakan bahan dasar pembentuk feromon sex bagi B. dorsalis jantan dimana feromon sex tersebut digunakan untuk memikat B.dorsalis betina. Tentunya B. dorsalis jantan sangat membutuhkan metil eugenol. Pengendalian dilakukan dengan membuat perangkap dari botol pelastik yang diberi lubang, yang di dalamnya terdapat kapas yang disuntik dengan metil eugenol, dan di bagian dasarnya di beri air, formalin, atau insektisida. Walaupun yang tertangkap B. dorsalis jantan saja, pengendalian ini efektif, karena B. dorsalis memiliki sex ratio 1:1. Sehungga bila populasi jantan di tekan kemungkinan kopulasi dapat ditekan. Botol tersebut digantungkan pada kayu setinggi 1 m dari tanah.Setiap hektar dibutuhkan 40 buah botol. Selain itu dapat digunakan protein hidrolisat yang berasal dari limbah bir yang mampu menarik kedua jenis kelamin B. dorsalis. Protein hidrolisat dibutuhkan oleh B. dorsalis untuk keperluan pakan dan proses peneluran bagi B. dorsalis betina. Namun presistensi di lapangan tidak selama metil eugenol.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2002. Fruit Fly rearing Methods for Pacific Island Countries and Teritories.
                  http://www.pacifly.org/Fruit_fly_manual

Anonim. 2006. Kajian Musuh Alami Lalat Buah Bactrocera dorsalis HENDEL . http://www.unhas.ac.id/~lemlit/researches/view/316.html

Anonim. 2004. Lalat Buah (Bactrocera sp).Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropik. Tlekung Batu.  http://www.citrusindo.org/index.php?option=com_home&Itemid=133

Kardinan, A. 2003. Tanaman Pengendali Lalat Buah.Agro Media Pustaka. Depok.
Kalshoven. L.G.E. 1981. Pest of Crops in Indonesia. PT. Ichtiar Baru Van Hoeve. Jakarta.
Kuswadi, A. 2004. Teknik Iradiasi Untuk Pengendalian Hama Lalat Buah Pasca Panen Melalui Perlakuan Keselamatan Tumbuhan. Badan Tenaga Nuklir Nasional. Jakarta.
Vos. 1994 Dalam Nugroho, K. 2003. STUDI POPULASI LALAT BUAH (Bactrocera dorsalis Complex) DAN KEBERADAAN MUSUH ALAMI PADA TANAMAN CABAI BESAR (Capsicum annuum)

No comments:

Post a Comment

produk saya

produk saya
lilin aroma teraphy berbahan aktif akar wangi