Pengamatan adalah kegiatan pengumpulan informasi tentang keadaan populasi atau tingkat serangan OPT dan faktor yang mempengaruhi, pada waktu dan tempat tertentu. Pengamatan dilaksanakan oleh petani/petugas di lokasi yang dipilih untuk mewakili areal tertentu, dengan menggunakan metode tertentu agar menghasilkan data yang representatif. Pengamatan dilakukan secara berkala, sekali seminggu atau sekali sebulan sesuai dengan fase rentan tanaman / saat mulai munculnya OPT sebaran. Pengamatan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan perlu tidaknya dilakukan tindakan pengendalian OPT. Keputusan pengendalian dilakukan petani / kelompok tani untuk lahannya masing-masing. Petugas perlindungan menjadi fasilitator dan pendamping petani dalam pengambilan keputusan. Pengamatan juga bermanfaat dalam menilai keberhasilan tindakan pengendalian yang dilaksanakan.
Aspek-aspek dalam kegiatan pengamatan :
1. Sasaran pengamatan
Sasaran pengamatan pada pohon contoh tanaman jarak pagar dibedakan
menurut organ tanaman, yaitu
a) akar
b) daun dan pucuk
c) buah jika ada
2. Pengambilan contoh
Untuk setiap kebun dipilih diambil 10 tanaman contoh untuk mewakili kondisi kebun tersebut. Pemilihan tanaman contoh dapat dilakukan mengikuti diagonal atau baris tanaman. Tanaman contoh dapat berupa tanaman yang sama untuk setiap pengamatan (contoh tetap) atau selalu berganti setiap pengamatan (contoh tidak tetap). Tanaman contoh tetap biasanya digunakan untuk mengamati fluktuasi perkembangan OPT tertentu sedangkan tanaman contoh tidak tetap digunakan untuk mengetahui kehadiran OPT yang menyerang pertanaman
OPT Pada Tanaman Jarak
1. Tungau
Penyebab :
Tetranychus sp (tungau merah), Polifagotarsonemus, Europhyidae.
Gejala :
- Daun mengkerut.
- Daun mengeriting dan bentuk tidak simetris.
- Umumnya serangan berat terlihat pada daun jarak yang masih muda.
- Tanaman menjadi kerdil karena pertumbuhan terhambat.
Intensitas serangan : rata – rata mencapai 70 %
Ada dua kelompok besar tungau yang ditemukan pada tanaman jarak yaitu tungau bertungkai 2 pasang dari famili Eriophydae dan tungau bertungkai 4 pasang dari famili Tarsonemidae. Kerusakan yang ditimbulkan oleh kedua jenis tungau ini sangat merugikan. Tungau Tarsonemidae, berwarna kuning hijau bening, tungau jantan lebih ramping dari tungau betinanya. Tungkai belakang panjang dan kuat berfungsi untuk mengangkat dan memindahkan tungau betina. Tungau ini menyebabkan tepi daun lebih bergelombang dibandingkan tungau Eriophydae. Tungau Eriophydae berbentuk kecil memanjang, berwarna kuning pada tungau dewasa dan bening pada tungau pradewasa. Hidup pada permukaan bawah daun dan pucuk yang masih muda, yang menyebabkan penebalan pada daun. Tungau adalah hama yang paling berbahaya pada masa vegetatif karena membawa virus dan serangannya kadang-kadang berat.
Morfologi :
Tungau dewasa besarnya sekitar 0,5 mm. Warna telur kuning pucat atau sedikit semerahan. Garis tengahnya 0,15 mm. Tungau jantan berwarna hijau kekuningan, kadang kemerahan dengan beberapa bercak kecil hitam. Sementara ittu betinanya berwarna merah atau merah kecoklatan dengan beberapa bercak hitam. Kaki dan bagian mulut tungau betina kelihatan putih jernih.
Daur Hidup :
Tungau betina bisa bertelur lebih dari 100 butir pada daun atau buah. Umur 1 generasi 10 hari pada temperatur 30⁰ C atau 22 hari pada temperatur18⁰ C ada dua tingkatan nimfa.
Tungau ini aktif pada siang hari dan membuat sarang laba-laba yang sangat halus. Larvanya berkaki enam. Sementara itu tungau dewasa berkaki 8. Sisa bekas-bekas kulitnya tampak disekitarnya.
Pengendalian :
1. Sanitasi gulma disekitar pertanaman Karena bisa dipakai tempat untuk bersembunyi tungau
2. Sanitasi dengan mengumpulkan daun yang diserang kemudian dibakar
3. Mengkonservasi musuh alami ; Tungau Phytosiulus persimilis, kumbang Stethorus gilvifrons dan Thrips Scolothrips sexmaculata.
4. Pengendalian secara kimiawi menggunakan akarisida berbahan aktif propargit dan amitras
2. Kutu bertepung putih (Ferrisia virgata Cockerell)
Penyebab :
Ferrisia virgata Cockerell
Gejala serangan :
Jenis kutu menimbulkan kerusakan dengan gejala awal keriputnya bagian tanaman. Kemudian bagian tanaman yang terserang tersebut menjadi kering dan daunnya gugur. Kutu ini juga berfungsi sebagai vektor virus sehingga bagian tanaman juga dapat menjadi keriting karena terserang virus.
Pengenalan :
Kutu F. virgata ini mempunyai panjang hingga 4 mm, berbentuk oval, agak pipih, beberapa dengan benjolan – benjolan pendek di sepanjang sisi tubuh badannya. Metamorfosa sederhana yaitu telur – nimfa – dewasa. Kutu ini menghasilkan sekresi lilin berwarna putih dalam tepung yang berguna untuk perlindungan diri. Kutu bergerak cukup aktif. Penyebarannya sangat dibantu oleh angin, hujan dan hewan lain seperti semut. Nimfa dan kutu dewasa menghisap cairan pada bagian tanaman yang muda dan
memproduksi embun madu yang disukai semut. Kutu dapat berfungsi sebagai penyebar dan penularan virus tanaman. Kutu N. viridis bersifat polifag. Nimfa betina dapat dibedakan dengan melihat lapisan lilin di bagian dorsal berjumlah enam dan di bagian abdomen berjumlah lima. Badan kutu berwarna ungu kegelapan. Nimfa dan dewasa mengisap cairan pada bagian tanaman yang muda.
Pengndalian :
Pengendalian secara kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif MIPC. Penggunaan insektisida masih kurang efektif karena telur, nimfa dan kutu dewasa ditutupi lapisan lilin sehingga cairan insektisida sulit menembus. Musuh alami kedua kutu ini antara lain : predator Curinus coerulus dan Coccinella repanda. Sanitasi kebun dilakukan dengan membuang dan membakar bagian tanaman yang terserang.
3. Penyakit Embun Tepung (Powdery Mildew)
Di Indonesia, keberadaan patogen penyebab penyakit tanaman jarak belum banyak dilaporkan. Padahal, identifikasi suatu pathogen penyebab penyakit merupakan hal yang sangat penting untuk menentukan teknik dan strategi pengendalian yang tepat. Hasil pengamatan di Kebun Induk Jarak Pagar Pakuwon, Sukabumi, beberapa tanaman terserang oleh penyakit dengan gejala embun tepung (powdery mildew). Bagian tanaman yang terserang penyakit ini tertutup oleh jamur berwarna putih seperti tepung, dan pada serangan lebih lanjut terlihat warna putih menjadi gelap kecoklatan, dan jaringan epidermis tanaman menjadi nekrose, sehingga proses fisiologi tanaman terganggu. Penyakit embun tepung biasanya menyerang semua bagian tanaman baik itu daun, batang, ranting, bunga dan buah yang agak ternaungi/tidak terkena matahari secara langsung. Serangan pada daun yang masih muda menyebabkan daun tidak dapat tumbuh dengan sempurna/kecil. Sedangkan serangan pada tangkai daun atau bunga akan menyebabkan daun/bunga gugur lebih cepat.
No comments:
Post a Comment